Kisah kebangkrutan Nokia, yang terlalu nyaman dan tidak mau berinovasi

Ponsel di era 90an sampai 2000-an dominan dikuasai oleh Nokia, menjadikannya sebagai raksasa teknologi yang tak tertandingi pada masanya. Namun, kejayaan dan kurangnya persaingan membuat Nokia terperosok ke dalam kebangkrutan. Pada zamannya, Nokia menjadi merek ponsel yang paling populer digunakan oleh masyarakat dari berbagai lapisan sosial. Pada saat itu, pilihan merek ponsel masih terbatas, dan Nokia berdiri sebagai pemimpin tak tergoyahkan.

"Kembali pada tahun 1990-an, tidak ada merek lain yang besar. Nokia benar-benar mendominasi. Orang-orang tidak membicarakan merek, tetapi hanya model ponsel seperti 3210 atau apapun yang mereka miliki," kata Ben Wood, seorang analis di CCS Insight.

Kedigdayaan Nokia berlanjut hingga tahun 2007, dengan pangsa pasar mencapai 49,4%. Namun, tanda-tanda pelemahan posisi Nokia mulai terlihat pada tahun berikutnya. Setelah tahun 2007, pangsa pasar Nokia terus menurun menjadi 43,7% pada tahun 2018, kemudian 41,4% dan 34,2%. Dalam waktu kurang dari lima tahun, pangsa pasar Nokia hampir habis, hanya tersisa 3%.

Menurut analis Ben Wood, Nokia terlalu nyaman dengan posisinya dan kurang menawarkan inovasi. Terutama pada tahun 2007, saat itulah Steve Jobs memperkenalkan iPhone yang mengubah seluruh dunia smartphone. "Rasa puas merasuki mereka, di mana mereka merasa tidak mungkin melakukan kesalahan," ujar Wood.

"Lalu tiba-tiba, pada Januari 2007, Steve Jobs naik ke panggung dengan iPhone di tangannya dan mengubah dunia untuk selamanya," tambahnya. "Mereka tidak memandang software sebagai hal yang penting. Nokia membuat ponsel yang bagus. Mereka melalui dekade inovasi perangkat keras yang luar biasa, tetapi Apple melihat bahwa yang dibutuhkan adalah layar dan seluruhnya tentang software," jelas Wood.

Melihat perubahan pasar yang terjadi, Nokia mencoba bangkit dengan beralih ke Windows Phone. Pada tahun 2014, Nokia akhirnya dibeli oleh Microsoft. Namun, langkah tersebut tidak berhasil mengembalikan Nokia ke posisi teratas dalam industri telepon genggam. Malah, orang-orang mulai meninggalkan Nokia dan beralih ke perangkat Apple dan Android.

Mantan CEO Nokia, Olli Pekka Kallasvuo, mengakui bahwa kejatuhan Nokia disebabkan oleh rasa puas yang berlebihan dari zona nyamannya. Padahal, perusahaan yang bertahan dalam jangka panjang adalah yang selalu menciptakan inovasi. "Di perusahaan yang sukses, mudah untuk merasa nyaman. Hal ini mengurangi kebutuhan untuk mengambil risiko dan berinovasi," ujar mantan CEO Nokia, Olli Pekka Kallasvuo.

Dari kejatuhan Nokia, kita dapat belajar bahwa tidak boleh larut dalam zona nyaman. Perubahan dan inovasi yang kreatif sangat penting agar tetap bertahan dalam dunia yang terus berubah dengan cepat.g



Berita Terkait